-->

Tuhan Merencanakan Yang Baik "Ayub 42 : 1-6"

Shalom saudara bagi saudara-saudara terkasih semua, Apakah semua dalam keadaan sehat ? Semoga kasih Tuhan selalu menyehatkan jiwa dan raga kita karena berkat disetiap hari yang diberi oleh Tuhan kepada kita. Didalam artikel ini akan tersaji mengenai renungan dari Ayub 42 : 1-6 dengan judul Tuhan merencanakan yang baik, nah semoga renungan ini dapat menjadi berkat kita semua, nah silahkan simak renungan dibawah ini.


Tuhan Merencanakan Yang Baik

Kitab Ayub tergolong sebagai salah satu kitab hikmat dan syair dalam PL: "hikmat" karena membahas secara mendalam soal-soal universal yang penting dari umat manusia; "syair" karena hampir seluruh kitab ini berbentuk syair. 

Akan tetapi, semua syair ini berdasarkan seorang tokoh sejarah yang nyata (Lih. Yeh, 14:14,20) dan suatu peristiwa sejarah yang nyata (Lih. Yak. 5:11).  Tempat terjadinya peristiwa dalam kitab ini ialah "tanah Us" (Ayub 1:1) yang kemudian menjadi wilayah Edom, terletak di bagian tenggara Laut Mati atau disebelah utara Arabia (bd. Rat. 4:21). 

Ayub adalah orang yang hidup dalam kesalehan dan kelimpahan dan dia mempunyai harta yang luar biasa, tercatat ada 7.000 ekor kambing-domba, 3.000 ekor unta, 500 pasang lembu, 500 keledai betina dan budak dalam jumlah yang banyak. 

Jadi bisa kita bayangkan betapa melimpahnya dan betapa kayanya Ayub pada zaman tersebut. Pada Ayu 1-3 menceritakan tentang harta yang dipunyai Ayub yang begitu melimpah, seketika habis. Bahkan kesepuluh anaknya meninggal. 

Namun Ayub tidak menghujat dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut. Bahkan ketika Ayub memderita barah yang ada di sekujur tubuhnya, ia tetap tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Dalam bagian ini Ayub ditegur oleh Allah, kemudian ia merendakan dirinya sendiri di hadapan Allah, selain itu dia juga mencabut pembelaannya. 

Dan setelah itu hidup Ayub tidak lagi menderita, bahkan diberkati oleh Allah. Teks ini merupakan respons Ayub yang terakhir terhadap segala pergumulannya, sekaligus sebagai jawaban atas pergumulan yang dihadapinya.

Apakah Ayub pada akhirnya benar-benar memahami semua alasan dan pekerjaan Ilahi dibalik semua kesengsaraannya ? Tidak juga ! Dia tetap membiarkan dirinya berada dalam ketidaktahuan (42:3). Ayub mengakui bahwa dibalik segala sesuatu, termasuk kesengsaraan yang menimpa dia, ada rencana Allah. 

Rencana ini bersifat pasti. Allah sanggup melakukan segala sesuatu. Dia sanggup menuntaskan rencana tersebut. Bukan hanya itu, rencana ini juga bersifat pasti larena tidak bisa digagalkan oleh siapapun. 

Sesuai teks Ibrani yang ada, frasa "yang gagal" sebaiknya diterjemahkan dalam bentuk pasfi : "yang dapat digagalkan". Jika Ayub memandang segala sesuatu yang menimpa dia sebagai rencana Allah, maka semua peristiwa di pasal 1-2 juga termasuk di dalamnya. Ini berarti bahwa tindakan iblis tidak berada diluar rencana-Nya (1:6-12 ; 2:1-6). Mengaju dosa, mengakui segala kekuranga dan kelemahan yang kita miliki bukanlah hal yang mudah. 

Untuk mengakui semua itu, dibutuhkan kerendahan hati, kesadaran dan kemampuan untuk mengungkapkan segala keberadaan kita, yang serba terbatas yang tidak sempurna ini dengan apa adanya dan dalam kepasrahan berserah serta bersandar kepada Kristus Yesus sebagai Imam Besar yang telah mewakili kita untuk menebus segala dosa kita dengan pengorbanan-Nya sendiri. Amin.


Referensi : Renungan HKBP 17 Maret 2019

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel